Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam wawancara dengan CNBC memperingatkan dampak shutdown berpotensi menekan ekonomi lebih besar dibandingkan periode sebelumnya.
Sebagai catatan, shutdown terpanjang terjadi pada akhir 2018 hingga awal 2019 selama 35 hari, dengan estimasi kerugian ekonomi mencapai USD11 miliar dolar AS, menurut Congressional Budget Office.
Analis Capital Economics menilai penutupan pemerintahan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap pasar, bahkan jika berlangsung cukup lama.
Namun, pelemahan pasar tenaga kerja dipandang sebagai risiko yang lebih besar terhadap berbagai kelas aset pasar modal, mulai dari saham, obligasi pemerintah AS, hingga nilai dolar.
Sejalan dengan hal itu, dampak langsung shutdown juga terlihat pada potensi tertundanya rilis data ketenagakerjaan nonfarm payrolls (NFP) yang dijadwalkan akhir pekan ini.