Pemberat juga datang dari kenaikan imbal hasil atau yield surat utang negara Amerika Serikat (Treasury). Diketahui US Treasury bertenor 10 tahun naik ke level tertingginya dalam 16 tahun terakhir, yang menandai aset safe-haven mulai diburu.
Kenaikan yield obligasi sekaligus memberi tekanan terhadap pasar ekuitas, seperti saham yang merupakan aset berisiko. Terlebih belum adanya dukungan sentimen makro, mendorong investor untuk 'wait and see'.
"Jika konflik tak kunjung henti, maka saya pikir akan berdampak banyak. Investor masih menunggu data inflasi pekan ini," kata Ekonom Spartan Capital, Peter Cardillo, dilansir Reuters, Selasa (10/10).
Angka inflasi masih tetap menjadi perhatian investor untuk mengukur kebijakan bank sentral atau Federal Reserve terhadap suku bunga. Lebih jauh, risalah rapat The Fed periode September juga merupakan fokus pasar saat ini.
Indikator FedWatch dari CME Group membaca peluang 86 persen The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan mereka pada pertemuan November mendatang. Sementara 72 persen percaya suku bunga tak berubah pada Desember.