"Pemicunya lebih didominasi tertekannya mata uang USD, seiring dengan memburuknya imbal hasil US Treasury. Namun bukan berarti USD tanpa perlawanan, nyatanya USD juga sempat menguat terhadap mata uang rupiah," kata Gunawan dalam analisisnya, Senin (24/2/2025).
Sejauh ini, menurut Gunawan, kekhawatiran pelaku pasar tertuju pada ekonomi AS yang mengalami perlambatan. Namun dibarengi dengan laju tekanan inflasi yang masih tinggi.
"Situasi ini membuat kinerja ekonomi (PDB) AS masih sulit untuk diproyeksikan. Meskipun di satu sisi terlihat inflasi AS akan tetap menjulang seiring dengan perang dagang yang telah dimulai," tuturnya.
Pelaku pasar, kata Gunawan, benar-benar mengkhawatirkan kemungkinan memburuknya rilis data pertumbuhan ekonomi AS secara kuartalan (kuartal IV-2024). Data tersebut akan menjadi penentu kinerja pasar selanjutnya.