Untuk kuartal kedua 2025, Yow memperkirakan Wilmar akan membukukan laba bersih sekitar USD260 juta hingga USD270 juta. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai USD343 juta, dan juga turun dibandingkan kuartal II 2024 yang sebesar USD278 juta.
Ia juga menyoroti, margin penyulingan minyak sawit kemungkinan masih tertekan pada kuartal II hingga IV tahun fiskal 2025. Hal ini disebabkan oleh revisi tarif ekspor Indonesia yang berdampak pada penurunan margin penyulingan.
Segmen produk makanan juga dinilai masih lesu, karena permintaan yang lemah dan beban promosi yang tinggi, terutama untuk produk konsumen, yang dapat menekan margin lebih lanjut. Dalam laporannya, Yow secara khusus menyoroti lemahnya konsumsi konsumen di China sebagai faktor yang membebani volume penjualan segmen ini.
Sebelumnya pada 17 Juli, Wilmar mengumumkan rencana untuk mengakuisisi hingga 20 persen saham AWL Agri Business, yang sebelumnya dikenal sebagai Adani Wilmar, dari Adani Commodities, dengan harga INR275 per saham.
Transaksi ini merupakan bagian dari perjanjian opsi yang diteken pada Desember 2024, yang menetapkan harga maksimum INR305 per saham. Adani Commodities sebelumnya telah menyatakan akan keluar dari usaha patungan tersebut.