sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Apa Perbedaan Uang Panai dan Mahar? Makna, Penentuan Nilai, dan Syarat-syaratnya

Milenomic editor Kurnia Nadya
24/08/2024 16:22 WIB
Sekilas uang panai dan mahar tampak sama, yakni sama-sama berfungsi sebagai ‘mas kawin’ yang diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya.
Apa Perbedaan Uang Panai dan Mahar? Makna, Penentuan Nilai, dan Syarat-syaratnya. (Foto: Freepik)
Apa Perbedaan Uang Panai dan Mahar? Makna, Penentuan Nilai, dan Syarat-syaratnya. (Foto: Freepik)

IDXChannelApa perbedaan uang panai dan mahar? Sekilas uang panai dan mahar tampak sama, yakni sama-sama berfungsi sebagai ‘mas kawin’ yang diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya. Namun keduanya memiliki ketentuan yang berbeda. 

Uang panai atau uang panaik adalah hal wajib dalam tradisi pernikahan dalam adat Bugis, Makassar. Melansir Gramedia (24/8), Sosiolog Rahmad Muhammad mengatakan uang panai merupakan lambang atau bentuk penghormatan suku Bugis kepada seorang perempuan. 

Secara spesifik, yakni bentuk penghormatan dari calon suami kepada calon istrinya. Uang panai juga bisa diartikan sebagai bentuk keseriusan seorang pria ketika melamar seorang perempuan. 

Sejak dulu uang panai berfungsi sebagai mas kawin dari seorang pria yang ingin meminang perempuan asal Bugis, dan tradisi ini berlaku sampai hari ini. Besaran nilai uang panai ditentukan oleh orang tua calon istri. 

Budayawan Sulawesi Selatan Nurhayati Rahman mengatakan umumnya para orang tua asal Bugis ingin melihat keseriusan seorang laki-laki ketika melamar anak perempuannya. Oleh sebab itu uang panai dipatok dengan nilai yang tinggi untuk melihat upaya sang laki-laki. 

Adapun faktor yang memengaruhi besaran nilai uang panai adalah status sosial, tingkat pendidikan, keturunan bangsawan, pekerjaan, hingga paras wajah. Sebagai contoh, semakin tinggi tingkat pendidikan sang perempuan, semakin besar uang panai yang harus dibayar sang calon suami. 

Demikian pula dengan status si calon istri apakah sudah berhaji atau belum. Jika sudah berhaji, maka uang panai yang dibayarkan bisa lebih tinggi dibanding calon mempelai perempuan yang belum pergi haji.

Ada dampak positif dan negatif yang muncul dari tradisi uang panai. Dampak positifnya, tingginya nilai uang panai dapat membuat calon mempelai pria akan berusaha keras untuk mempertahankan pernikahannya. 

Sebab tingginya nilai uang panai itu akan membuat sang suami memikirkan ulang berapa sulit untuk menikahi perempuan pujaannya dan membuat suami berpikir berkali-kali jika ingin mengajukan cerai.

Sementara dampak negatifnya adalah, karena nilai yang dipatok umumnya tinggi, uang panai terkadang membuat banyak pasangan kekasih yang terkendala kemampuan finansial untuk memenuhi tradisi tersebut. 

Karena terkendala uang panai, pasangan kekasih itu bisa mengambil jalan pintas dengan kawin lari atau silariang. Namun, kawin lari dianggap memalukan oleh masyarakat Bugis, dan dianggap sebagai aib yang akan membebani keluarga sepanjang hidup. 

Meskipun jumlahnya fantastis, uang panai dapat dinegosiasikan dengan keluarga calon mempelai wanita. Ada pula keluarga mempelai perempuan yang tidak mau memberatkan calon suami putrinya. 

Sementara mahar adalah pemberian wajib seorang calon suami kepada calon istrinya sebagai bentuk ketulusan hati sang calin suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih seorang calon istri kepada calon suaminya. 

Dalam Islam, mahar diberikan sesudah atau saat akad pernikahan berlangsung. Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 huruf d, mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria ke calon mempelai wanita dalam bentuk barang, uang, atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. 

Mahar yang diberikan kepada calon istri tidak boleh sembarang dan harus memenuhi persyaratan dalam Islam, yakni: 

Pertama, Harga/bendanya berharga. Mahar tidak sah jika bendanya tidak berharga meskipun tidak ada ketentuan berapa jumlah mahar yang diberikan. Meskipun sedikit, jika berharga tetap dianggap sah. 

Kedua, barangnya suci dan bisa diambil manfaatnya. Tidak sah jika mahar menggunakan khamar, babi, dan darah. Ketiga, barangnya bukan ghasab, yang berarti barang milik orang lain yang diambil tanpa seizin pemiliknya. 

Memberikan mahar dengan barang ghasab tidak sah, namun akadnya tetap dianggap sah. Kelima, bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Mahar dianggap tidak sah jika diberikan dalam bentuk barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jenisnya.

Perbedaan utama pada tradisi uang panai dan mahar dalam Islam adalah nilai yang ditentukan. Melansir Rumah Jurnal UIN Alauddin (24/8), mahar tidak semahal dan setinggi uang panai, juga biasanya tidak membebani mempelai pria karena nilainya realistis. 

Meskipun uang panai sebenarnya masih dapat dinegosiasikan oleh kedua keluarga calon mempelai. Itulah apa perbedaan uang panai dan mahar. 


(Nadya Kurnia)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement