Pada perayaan Imlek tahun ini, Ester menggunakan sekitar 50 bal beras ketan, dengan masing-masing balnya berbobot 50 kg. Dia juga menambah jumlah karyawannya dari 10 menjadi 12 orang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, terutama menjelang Imlek.
"Biasanya seminggu sebelum Imlek pesanan melonjak. Sekarang pun sudah mulai terlihat peningkatannya," katanya.
Sebagian besar pekerjanya berasal dari sekitar desa, sementara lainnya adalah karyawan turun-temurun dari Pebayuran, sebuah tradisi yang dia jaga hingga kini.
Produksi Tradisional Tetap Digemari
Proses produksi kue keranjang Ester sejak 1993 itu masih menggunakan metode tradisional. Tepung beras digiling, dicampur cairan gula yang dimasak, kemudian dicetak, dikukus, dan siap menjadi kue keranjang.
"Kami tetap menggunakan kayu bakar untuk memasak karena aromanya lebih khas dan memberikan rasa yang lebih asli," ujar Ester.
Dia pun berharap usahanya tetap berkembang meski persaingan semakin ketat. "Harapan saya, usaha ini bisa terus maju dan tradisi ini tidak hilang. Orang-orang masih mencari yang tradisional karena kualitas dan rasa yang lebih otentik," katanya.
(Dhera Arizona)