Bakal Jadi Stasiun Sentral, Begini Sejarah Singkat Stasiun Manggarai dari Zaman Belanda

IDXChannel - Rute perjalanan kereta rel listrik (KRL) Commuterline secara resmi mengalami perubahan rute (switch over/SO) pada lintas Bogor/Depok dan Cikarang/Bekasi, sejak hari ini, Sabtu (28/5/2022). Perubahan dilakukan seiring rencana pelaksanaan SO ke-5 di Stasiun Manggarai, yang bakal dioperasikan sebagai stasiun sentral.
Selama ini, Stasiun Manggarai merupakan salah satu stasiun tersibuk di Jakarta. Setiap harinya, puluhan ribu penumpang lalu lalang di stasiun tersebut.
Sejak 25 September 2021 lalu, Stasiun Manggarai telah mengoperasikan jalur layang (elevated track) untuk KRL Bogor Line. Pada lantai 2 bangunan baru, jalur 10, 11, 12, dan 13, difungsikan untuk melayani naik/turun pengguna KRL relasi Bogor/Depok-Jakarta Kota PP.
Dilansir dari laman Resmi KAI Heritage, sejarah wilayah Manggarai di Batavia (Jakarta) telah tercatat sejak abad ke-17 sebagai tempat tinggal dan pasar budak asal Manggarai, Flores. Wilayah yang termasuk dalam Gementee Meester Cornelis ini pun lalu berkembang menjadi sebuah kampung.
Kereta api yang melintasi wilayah ini awalnya dibangun oleh perusahaan swasta Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan lintas Jakarta-Buitenzorg (Bogor). Sebagai tempat pemberhentian, dibangun lah Stasiun Bukitduri (kini depo KRL).
Stasiun Manggarai mempunyai nilai historis yang tinggi. Stasiun ini merupakan stasiun awal keberangkatan pemindahan ibukota sementara ke Yogyakrta pada 4 Januari 1946. Segala persiapan rahasia untuk perjalanan Presiden dan Wakil Presiden pun dilaksanakan di stasiun ini.
Panglima Besar Jenderal Soedirman pun pernah singgah di Stasiun Manggarai dalam rangka menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta. Kedatangan Sang Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.
Awal mula stasiun ini berawal dari bengkel yang disebut Werkplaats atau bengkel kereta api di Manggarai dibangun sekitar tahun 1915. Baru pada tahun 1920, Werkplaat Manggarai resmi dibuka operasionalnya.
Kala itu, Werkplaat Manggarai merupakan bengkel kereta api terbesar dan termodern dengan. Tugas utama Werkplaat Manggarai meliputi pemenuhan kebutuhan pesanan suku cadang rollingstock serta pemeriksaan dan perbaikan lokomotif, kereta, dan gerbong.
Awal mulanya, bengkel kereta api ini hanya melayani perawatan dan perbaikan lokomotif uap. Paska diresmikan jalur kereta rel listrik Jakarta-Tangjung Priok pada tahun 1925 maka ditambah bagian stellos listrik. Bagian tersebut menangani perawatan dan perbaiakan lokomotif dan kereta listrik.
Adapun Malaise atau krisis dunia yang melanda tahun 1930-an turut berdampak pada operasional Werkplaat Manggarai. Kurun tahun 1932-1934 dilaksanakan penghematan dengan memusatkan tiap-tiap jenis pekerjaan dalam satu bengkel. Sesudah tahun 1934 situasi berangsur normal dengan mulai Kembali menerima pegawai.
Tahun 1938, Werkplaat Manggarai membangun beberapa kereta tidur yang diperuntukan bagi penumpang kelas satu yakni seri SAGL. Kereta tersebut terbuat dari bahan baja, dibuat siang dan malam oeh para pekerja.
Beberapa pekerja pribumi yang turut membangun ialah Hoediono. Sedang Ali Noor Luddin hanya mengikuti tahapan finishing. Di tahun yang sama, dibikin pula sebuah kereta inspeksi seri IL yang khusus digunakan oleh pejabat seperti gubernur jenderal Hindia Belanda.
Sebagai informasi, Stasiun Manggarai mulai dibangun pada 1914 oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt atau setelah 41 tahun pembangunan jalur KA Batavia (Jakarta Kota)–Buitenzorg (Bogor) 1869-1873. Saat pembangunan jalur KA Batavia-Buitenzorg, tak ada rencana pembangunan stasiun/ atau halte di Manggarai. (TSA)