Setelah adanya peraturan pemberian THR tersebut, muncullah tradisi di kalangan masyarakat untuk berbagi THR kepada sanak saudara saat Lebaran. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang memengaruhi. Berikut penjelasannya.
1. Pengaruh Budaya Islam dan Kedermawanan
Dalam ajaran Islam, sedekah dan berbagi rezeki menjadi salah satu nilai utama, terutama saat momen Idul Fitri. Sejak zaman Rasulullah SAW, umat Muslim dianjurkan untuk membantu sesama, terutama fakir miskin, agar semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan bahagia. Bentuk bantuan ini bisa berupa zakat fitrah, hadiah, atau pemberian uang kepada sanak saudara yang kurang mampu.
2. Tradisi "Eidiyah" di Timur Tengah
Konsep memberi uang saat Lebaran memiliki kesamaan dengan tradisi di negara-negara Arab, yang dikenal dengan "Eidiyah". Sejak era Kekhalifahan, para pemimpin Muslim memberikan hadiah berupa uang atau barang kepada rakyatnya saat Idul Fitri. Tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia.
3. Pengaruh Budaya Tionghoa
Di Indonesia, tradisi memberi uang baru saat Lebaran juga mirip dengan kebiasaan masyarakat Tionghoa yang memberikan angpao (amplop merah) berisi uang saat perayaan Imlek. Orang-orang meyakini bahwa memberi uang dalam bentuk yang baru melambangkan keberuntungan dan harapan baik bagi penerimanya.
4. Perkembangan di Indonesia
Di Indonesia, tradisi ini semakin populer pada era Orde Baru, ketika pemerintah mulai mewajibkan perusahaan untuk memberikan THR kepada karyawan. Seiring waktu, tradisi ini juga berkembang dalam lingkup keluarga. Orang tua atau kerabat yang lebih tua mulai memberikan uang baru kepada anak-anak atau keponakan mereka saat Lebaran sebagai simbol kebahagiaan dan berbagi rezeki.