Inilah salah satu kesalahan fatal yang diakuinya sendiri. Dia tidak melakukan riset mendalam untuk mencari tahu risiko dan besaran bunga, yang dia tahu, pinjaman online prosesnya cepat karena hanya membutuhkan KTP.
Dia bahkan sempat menjalan usaha kecil-kecilan untuk mempercepat pelunasan utang. Namun tetap saja tidak cukup. Pemasukan dari bisnis, dari gaji, semuanya habis untuk membayar utang-utang pinjol.
“Saya pikir harus buka usaha buat mempercepat pelunasan. Modalnya pun saya ambil dari situ (pinjaman online). Ini terjadi di bulan ketiga, tapi ternyata enggak ada sisanya. Menghasilkan, tapi semuanya habis buat bayar utang,” kata dia.
Setiap kali dia mendapatkan keuntungan, selalu ada jatuh tempo yang harus diurus. Apalagi tenor-tenor pinjaman online dulu masih cukup singkat, hanya 7-14 hari.
Nilai pinjamannya pun sebenarnya tidak terlalu besar. Pinjaman terbesarnya dari satu aplikasi adalah Rp2,5 juta. Namun karena gali lubang tutup lubang, nilai utang membengkak hingga Rp40 juta.