sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ada Insiden Tabrakan, KAI Jelaskan Alasan Kereta Tak Bisa Rem Mendadak

News editor Heri Purnomo
21/07/2023 17:47 WIB
KAI buka suara terkait insiden tabrakan kereta dengan truk di Semarang dan Bandar Lampung beberapa waktu lalu. Terutama terkait sistem pengereman kereta api.
Ada Insiden Tabrakan, KAI Jelaskan Alasan Kereta Tak Bisa Rem Mendadak. (Foto: MNC Media)
Ada Insiden Tabrakan, KAI Jelaskan Alasan Kereta Tak Bisa Rem Mendadak. (Foto: MNC Media)

Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.

"Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat," katanya. 

Meskipun masinis telah melihat ada yang menerobos palang kereta, selanjutnya melakukan proses pengereman, maka tetap akan membutuhkan suatu jarak pengereman agar benar – benar berhenti. Adapun faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman yaitu:

  1. Kecepatan kereta api. Semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman.
  2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel (datar, menurun, atau tanjakan).
  3. Persentase pengereman yang diindikasikan dengan besarnya gaya rem.
  4. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang).
  5. Jenis rem (blok komposit/blok besi cor).
  6. Kondisi cuaca.
  7. Berbagai faktor tekhnis lainnya.

Lebih lanjut, Joni mengatakan, rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Sistem kinerja rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder. Mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api akan memaksa rem mengunci dengan roda.

Jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam, sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam dapat menyebabkan kereta atau gerbong tergelincir, terseret, bahkan terguling.

“Apabila masyarakat Ketika di perlintasan sudah melihat adanya kereta api walaupun masih jauh, maka seharusnya berhenti terlebih dahulu hingga kereta api tersebut lewat,” pungkasnya.

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement