Dian Kusumo
IDXChannel - Ketika Qatar memulai pertandingan pertama Piala Dunia 2022 melawan Ekuador pada Minggu malam pertengahan pagi untuk penonton Amerika dunia akhirnya akan menyaksikan hasil akhir dari salah satu kampanye modal terbesar dalam sejarah manusia.
Menteri keuangan Qatar mengatakan pada 2017 negara itu menghabiskan USD500 juta per minggu untuk proyek infrastruktur termasuk jalan, hotel, stadion, dan peningkatan bandara untuk mempersiapkan negara kecil Timur Tengah itu menjadi tuan rumah acara olahraga terbesar di dunia.
Sejauh ini, ini akan menjadi Piala Dunia termahal dalam sejarah. Qatar diperkirakan telah menghabiskan sebanyak USD220 miliar dalam belasan tahun sejak terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia pada akhir 2010, lebih dari 15 kali lipat dari yang dihabiskan Rusia untuk acara 2018.
Negara ini telah berada di bawah pengawasan ketat untuk ratusan, bahkan berpotensi ribuan pekerja, banyak di antaranya dari negara lain, yang meninggal saat bekerja dalam kondisi intens dengan gaji minimal untuk menjaga proyek-proyek besar tetap pada jalurnya.
Dilansir melalui Forbes, bahkan sekarang, tidak jelas apakah "risiko berani" yang diminta Qatar kepada FIFA untuk mengizinkan negara itu menjadi tuan rumah akan membuahkan hasil bagi organisasi atau negara asal. Mantan presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan pekan lalu keputusan untuk membiarkan Qatar menjadi tuan rumah adalah "pilihan yang buruk."
"Ini adalah negara yang terlalu kecil," kata Blatter kepada grup surat kabar Swiss Tamedia. "Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu."
