Trump mengumumkan perubahan H-1B di Gedung Putih bulan lalu, menggembar-gemborkan biaya USD100 ribu sebagai cara untuk mengendalikan penyalahgunaan dalam program pekerja terampil sekaligus mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk lebih mengandalkan talenta domestik untuk mengisi lowongan pekerjaan.
Seorang juru bicara Gedung Putih membela kebijakan H-1B yang baru, dengan mengatakan bahwa kebijakan ini akan membantu perusahaan-perusahaan AS mengakses talenta terbaik sekaligus mengurangi dampak dari praktik penipuan oleh oknum-oknum yang tidak beritikad baik.
"Penyalahgunaan visa yang meluas tidak hanya merugikan pekerja Amerika, tetapi juga perusahaan yang perlu merekrut talenta kelas satu," kata juru bicara Gedung Putih Kush Desai dalam sebuah pernyataan.
Biaya yang lebih tinggi dari biaya H-1B yang baru mengancam akan menghantam berbagai industri, mulai dari teknologi, perawatan kesehatan, hingga keuangan. Perusahaan-perusahaan termasuk Microsoft Corp., Amazon.com Inc., dan Walmart Inc. telah bertahun-tahun mengandalkan program pekerja terampil untuk memperkuat jajaran mereka, dan perubahan pada program tersebut membahayakan jalur bakat mereka.
Sektor-sektor mutakhir seperti kecerdasan buatan dan teknik biomedis akan membutuhkan tenaga kerja berketerampilan tinggi untuk mempertahankan laju pertumbuhan mereka di AS.