Daryono mengatakan gempa dan tsunami merupakan proses alam yang hingga saat ini kejadiannya belum dapat diprediksi sehingga dapat terjadi kapan saja.
Berikut catatan sejarah gempa BMKG mencatat bahwa setidaknya ada 16 kejadian gempa dan tsunami merusak yang pernah terjadi selama periode perayaan Hari Raya dan liburan, yaitu:
1. Tsunami Ambon 1674 (Imlek)
2. Gempa Semarang-Jepara 1821 (Natal)
3. Tsunami Banda Naira 1852 (Natal)
4. Tsunami Larantuka 1982 (Natal)
5. Tsunami Biak 1996 (Idulfitri)
6. Tsunami Aceh 2004 (Natal)
7. Gempa Bora Sulteng 2005 (Iduladha)
8. Gempa Pariaman 2009 (Idulfitri)
9. Gempa Palu Sulteng 2012 (Idulfitri)
10. Tsunami Selat Sunda 2018 (Natal)
11. Gempa Nias 2021 (Idulfitri)
12. Gempa Kep. Mentawai 2023 (Idulfitri)
13. Gempa Ransiki 2024 (Idulfitri)
Daryono mengatakan sebagai upaya pengurangan risiko bencana gempa dan tsunami, pemudik perlu memperoleh pembekalan pengetahuan mitigasi. Setidaknya ada sembilan hal penting yang perlu dipahami oleh pemudik sebagai upaya kesiapsiagaan terhadap potensi gempa dan tsunami di jalur transportasi darat selama libur Lebaran, yaitu:
1. Gempa kuat dapat memicu rekahan permukaan (surface rupture) jalan raya akibat pergeseran tiba-tiba jalur sesar aktif. Pemudik perlu mengenali sebaran sesar aktif di sepanjang jalur mudik.
2. Jalan raya juga dapat terbelah (ground failure) akibat tanah lunak yang berguncang kuat saat gempa. Pemudik perlu berhati-hati jika terus melanjutkan perjalanan atau mencari jalur mudik alternatif.