Aam pun mengungkapkan tren bencana pada Januari hingga awal Maret cenderung tinggi. Biasanya, dalam periode ini, jumlah kejadian bencana bisa mencapai 60 hingga 90 kejadian per minggu.
Hal ini dipicu oleh peningkatan intensitas hujan serta faktor lainnya yang menyebabkan bencana hidrometeorologi basah.
“Memang tren dari kejadian bencana di Indonesia pada Januari, Februari hingga awal Maret nanti itu biasanya rata-rata kejadian bencana di negara kita itu dari 60 bahkan sampai 90 kali kejadian bencana dalam satu minggu karena peningkatan intensitas hujan dan berbagai faktor akan sangat signifikan dalam memicu terjadinya bencana hidrometeorologi basah,” kata Aam.
Aam pun melaporkan akibat bencana banjir, satu orang meninggal dunia. Cuaca ekstrem juga menyebabkan satu korban meninggal, sementara tanah longsor merenggut lima korban jiwa.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tetap waspada, terutama di wilayah-wilayah rawan bencana. “Ada beberapa korban meninggal banjir satu korban meninggal, cuaca ekstrem 1 korban meninggal dan tanah longsor ada 5 korban meninggal. Ini harus kita waspadai,” tuturnya.
Secara spasial, kata Aam, wilayah yang paling terdampak dalam sepekan terakhir meliputi Sumatera bagian tengah dan barat, Kalimantan, serta Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah, beberapa daerah seperti Demak, Jepara, Kudus, dan Grobogan mengalami banjir akibat tingginya curah hujan serta jebolnya tanggul-tanggul yang tidak mampu menahan debit air yang tinggi.
(Febrina Ratna Iskana)