“Sehingga kita sering melihat jika kita berjalan ke Garut ke Sukabumi, daerah-daerah pegunungan yang seharusnya kita tanami dengan vegetasi sekarang sudah beralih menjadi pemukiman, kompleks kompleks perumahan, yang kemudian mengurangi kemampuan dari daerah ini secara utuh satu DAS ini untuk bisa menyerap air dan mengoptimalkan atau mengurangi penyebab banjir atau penyebab tanah longsor,” kata Aam.
Oleh karena itu, kata Aam, hal ini yang harus menjadi perhatian bersama, terutama harus benar-benar melihat laju perubahan tata guna lahan dari tahun ke tahun itu seperti apa. “Karena tidak hanya dari tataran provinsi tataran Kabupaten kota pun ada sekitar 5 kabupaten kota di Jawa Barat yang selalu menduduki (teratas),” katanya.
Pihaknya pun tidak bosan-bosannya mengingatkan kepada masyarakat mengenai bencana hidrometeorologi basah yang berpotensi terjadi di Indonesia. “Peran kita dalam memberikan tekanan pada ekosistem, peran kita dalam memberikan lingkungan, itu sangat dominan dalam menentukan kerentanan daerah tersebut mengalami bencana hidrometeorologi basah,” ujarnya.
(FRI)