"Simulasi dimulai dengan tim siaga/guru yang ditunjuk memberikan tanda bahwa gempa terjadi, diikuti dengan praktik berlindung yang benar (merunduk, berlindung di bawah meja atau melindungi kepala dan batang leher, lalu bertahan hingga guncangan usai). Simulasi berlanjut dengan mempraktikkan evakuasi aman menuju titik kumpul," ujarnya.
Sementara itu, Project Director USAID KUAT, Bill Marsden menyampaikan perlunya kolaborasi dan komitmen berbagai pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi gempa.
“Kolaborasi berbagai pihak, salah satunya FPRB DKI Jakarta, sangat diperlukan untuk dilakukan secara rutin, setidaknya setahun sekali untuk menyelenggarakan latihan simulasi untuk menghadapi risiko gempa bumi. Pelatihan ini juga disertai dengan kompetisi di Instagram mengenai cara berlindung saat gempa yang dapat diikuti oleh siswa hingga masyarakat umum," ujarnya.
Sebagai informasi, SPAB merupakan program nasional yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek untuk meningkatkan kemampuan sumber daya di satuan pendidikan dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana.
Sebagai upaya komitmen pengurangan risiko bencana gempa bumi di Jakarta, BPBD DKI Jakarta secara rutin setiap tahunnya telah melaksanakan pendampingan SPAB terhadap ratusan sekolah berbagai jenjang yang terdiri dari ratusan ribu siswa di Jakarta dan telah meluncurkan buku cerita bergambar tentang gempa bagi anak-anak usia SD, SMP, dan SMA yang dapat diunduh di bit.ly/pustakagempa, serta dalam waktu dekat akan segera meluncurkan informasi edukasi gempa yang dapat digunakan oleh masyarakat, fasilitator, dan orang dengan disabilitas.
(Febrina Ratna)