Seperti diketahui, sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak negara di seluruh dunia. Menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada tahun 2022, terdapat timbunan sampah sekitar 35 juta ton yang 33,3 persen diantaranya tidak terkelola, atau sekitar 11,7 juta ton.
Persoalan itu ditengarai oleh tingginya jumlah penduduk beserta aktivitasnya yang tidak diiringi dengan pengelolaan sampah yang baik.
Muhadjir menegaskan, paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir harus ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru.
Paradigma baru sampah harus dilakukan dengan berbasis nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, baik untuk energi, kompos, pupuk, maupun bahan baku industri.
Meski begitu, upaya yang dilakukan oleh Permabudhi turut diapresiasi oleh Muhadjir karena mampu menciptakan alternatif pengelolaan sampah yang memiliki manfaat berlipat ganda.
Eco-enzyme sendiri merupakan pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku yang dicampur dengan gula dan air. Proses fermentasinya akan menghasilkan gas O3 (ozon) dan cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.
“Apapun usaha kita untuk menyelamatkan bumi itu sangat terpuji,” kata Muhadjir.
Upaya yang telah dilakukan oleh Permabudhi bersama Kemenko PMK ini merupakan implementasi dari amanat Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 mengenai Gerakan Indonesia Bersih yang menjadi bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. (NIY)