IDXChannel - Produsen di AS menaikkan harga mereka dengan cepat pada bulan Juli. Hal ini lantaran perusahaan bergulat dengan biaya baru akibat tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Dilansir dari laman BBC Jumat (15/8/2025), Indeks harga produsen, yang mengukur harga jual yang ditetapkan oleh produsen AS, melonjak 0,9 persen dari Juni hingga Juli, setelah stagnan pada bulan sebelumnya, menurut Departemen Tenaga Kerja.
Lonjakan tersebut jauh lebih besar daripada perkiraan 0,2 persen oleh para analis. Laporan tersebut kembali memicu kekhawatiran tentang inflasi di bulan-bulan mendatang, meskipun data terbaru menunjukkan bahwa kenaikan harga konsumen tetap stabil di angka 2,7 persen pada bulan Juli.
Tarif efektif rata-rata di AS telah melonjak sejak Trump berkuasa dan mengenakan pungutan baru pada sebagian besar barang yang masuk ke negara tersebut.
Ia mengatakan tarif, yang merupakan pajak atas impor akan menghasilkan dana bagi pemerintah dan memberi produsen AS keunggulan atas pesaing asing mereka.
Namun, para ekonom telah memperingatkan bahwa perluasan produksi di AS akan mahal dan sulit, dan dampak utama dari pungutan baru ini yakni berupa biaya yang lebih tinggi bagi bisnis dan konsumen.
Para analis mengatakan, tekanan inflasi yang terus meningkat juga dapat mempersulit seruan agar bank sentral AS menurunkan suku bunga, seperti yang dituntut Trump.
Federal Reserve menetapkan kebijakannya secara independen dari Gedung Putih. Federal Reserve telah menunda pemotongan suku bunga sejauh ini tahun ini lantaran khawatir pemotongan suku bunga saat kenaikan tarif akan mendorong kenaikan harga dapat berisiko memicu kembali inflasi.
Namun, serangkaian pertumbuhan lapangan kerja yang lemah, dikombinasikan dengan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan telah meningkatkan tekanan pada bank untuk mendorong perekonomian dengan menurunkan biaya pinjaman.
Menteri Keuangan Scott Bessent awal pekan ini mendesak Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase pada pertemuan berikutnya di bulan September.
"Kejutan kenaikan harga produsen yang besar ini menyoroti dilema yang dihadapi Federal Reserve," kata Matthew Martin, Ekonom Senior AS di Oxford Economics.
(kunthi fahmar sandy)