Dia juga mengingatkan, Indonesia sedang bersiap memasuki musim kemarau, yang biasanya diiringi peningkatan suhu dan memburuknya kualitas udara. Risiko kekeringan dan polusi udara, terutama partikulat halus PM 2.5, semakin tinggi karena minimnya curah hujan dan pergerakan angin yang stagnan.
BMKG kini memantau kualitas udara dan menyajikannya secara real-time melalui aplikasi Info BMKG, yang dapat diakses masyarakat untuk mengambil tindakan mitigasi sejak dini.
Dia menegaskan, tantangan ini tidak bisa dihadapi oleh satu lembaga atau sektor saja. Dibutuhkan kolaborasi lintas kementerian, lembaga, akademisi, komunitas, dan dunia usaha untuk memperkuat sistem peringatan dini dan ketahanan kesehatan nasional.
Lebih lanjut, dia juga menyampaikan kesiapan BMKG untuk terus berbagi data dan teknologi yang dimilikinya kepada semua pihak yang ingin berkolaborasi.
“Kita sedang berpacu dengan waktu. Semakin cepat kita bertindak, semakin besar peluang kita menyelamatkan masyarakat dari dampak paling buruk perubahan iklim. Kolaborasi adalah satu-satunya jalan,” katanya.
(Dhera Arizona)