Sementara itu, seorang ilmuwan terkemuka Italia, Carlo Doglioni yang menjabat sebagai Kepala Institut Geofisika dan Vulkanologi Nasional Italia (INGV) menyatakan, energi yang dilepaskan oleh gempa kembar Turki '130 kali lebih kuat' dari gempa Italia 2016.
Ia juga menegaskan kembali bahwa lempeng Anatolia mungkin telah bergerak sekitar 3 meter akibat gempa pertama. Namun, menurutnya, gempa kedua yang terjadi pada Senin siang seharusnya menggeser lempeng lebih jauh.
"Telah terjadi akumulasi energi yang telah berlangsung puluhan tahun di mana gempa terjadi. Ia tidak dapat lagi menahan energi sementara lempeng Anatolia terus bergerak ke arah barat daya. Akibatnya, akumulasi energi terlepas,” jelas Doglioni.
Ketika ditanya apakah gempa baru di wilayah yang sama mungkin terjadi, dia mengatakan kemungkinan ini tidak boleh diabaikan karena “alam selalu mengejutkan kita.”
Gempa berkekuatan 7,7 dan 7,6 SR, berpusat di provinsi Kahramanmaras, dirasakan oleh 13 juta orang di 10 provinsi, termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye, dan Sanliurfa.