IDXChannel - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, meminta kepala daerah menunda kegiatan seremonial kedinasan maupun pemerintah daerah (pemda) yang bersifat mewah.
Hal itu mengingat di tengah kondisi ricuh saat ini, masyarakat sangat sensitif terhadap kebijakan pemerintah.
"Kami juga menyampaikan apalagi bahwa, menunda semua kegiatan seremonial yang terkesan pemborosan, dengan musik-musik seperti pesta. Di tengah situasi seperti ini sangat sensitif," kata Tito saat menggelar rapat koordinasi dengan kepala daerah di Gedung Kemendagri, Jakarta Pusat, Selasa (2/8/2025).
Tito mendorong agar acara yang digelar pemerintah daerah diselenggarakan dengan sederhana, seperti tumpengan hingga memberikan santunan kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Baik HUT, hari ulang tahun daerah, atau kegiatan seremonial kedinasan lainnya, itu dilakukan secara sederhana. Tumpengan, memberikan santunan kepada yatim piatu, kepada masyarakat yang kurang mampu, itu jauh di tengah kondisi saat ini lebih bermanfaat," ujar dia.
Ia mengaku khawatir, jika pemerintah daerah menggelar acara mewah. Ada pihak tertentu yang sengaja memviralkan kegiatan itu dengan narasi yang semakin menimbulkan kegaduhan.
"Nanti kalau pesta-pesta ada musik musiknya, dipotong, dibuat di TikTok dan lain-lain, kemudian dibandingkan dengan masyarakat yang lagi menuntut sikap low profile pada pejabat. Dibandingkan nanti akan menjadi amunisi baru yang digoreng oleh siapapun," kata dia.
Dia juga melarang kepala daerah ataupun keluarganya untuk flexing atau pamer harta kekayaan, terutama pada keluarga pejabat dan kepala daerah.
“Tolong ingatkan keluarga masing-masing terutama cara berpakaian, penggunaan cincin, jam tangan, perhiasan, kendaraan. Hati-hati, ini situasinya sangat tidak bagus, sensitif. Termasuk juga acara-acara pribadi, saya paham mungkin ada resepsi pernikahan, ultah yang ingin dirayakan,” kata Tito.
“Lebih baik dirayakan dengan cara-cara yang sederhana, karena situasi yang tidak bagus sensitif nanti akan dipotong, dibuat tulisan, gambar, video yang kemudian gampang sekali masyarakat terprovokasi,” sambungnya.
(Febrina Ratna Iskana)