Kebutuhan baterai di Indonesia hingga tahun 2030 diproyeksikan mencapai 108,2 GWh. Untuk mencapai target 20 juta kendaraan roda empat EV, diperlukan kapasitas baterai sebesar 780 GWh.
Saat ini, kapasitas smelter dalam negeri baru mampu memproduksi bahan baku setara 373 GWh, sehingga masih terdapat peluang investasi sebesar 407 GWh dalam sektor baterai EV.
Arifin mengungkapkan bahwa, pemerintah tengah mengevaluasi industri-industri berbasis nikel yang menghasilkan nilai tambah rendah dan dianggap sudah mulai memasuki fase sunset.
"Itu kita evaluasi untuk tidak dilakukan lagi pengembangan pembangunan pabrik-pabrik barunya, moratorium, stop dulu engga boleh ada lagi," kata Arifin.
Lebih lanjut Arifin menjelaskan bahwa salah satu produk yang tidak mempunyai nilai tambah tinggi tersebut adalah nickel pig iron (NPI) yang diproduksi smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
"Jadi tentu aja kita ngeliat konstelasi demand internasional, Perindustrian (Kemenperin) sudah sepakat tidak ada lagi tambahan baru untuk RKEF, NPI," kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)