Djoko mengungkapkan, sebagian besar masyarakat yang memutuskan mudik menggunakan sepeda motor karena keterbatasan dana untuk membeli tiket. Atau bahkan ketika saat memiliki uang yang cukup, tiket bus atau kereta malah sudah habis atau harganya melambung tinggi.
“Apabila tersedia anggaran cukup tidak masalah. Lain halnya anggaran minim dan tunjangan hari raya (THR) dikeluarkan menjelang Idul Fitri. Sementara tiket transportasi umum (bus dan kereta) sudah habis terjual. Sepeda motor menjadi pilihan yang dianggap lebih tepat untuk mudik,” ujarnya.
Untuk mengurangi jumlah penggunaan sepeda motor untuk mudik, Djoko merasa pemerintah harus berupaya lebih keras. Program mudik gratis yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga belum cukup untuk menekan angka tersebut.
“Satu upaya yang belum dilakukan pemerintah adalah membatasi produksi sepeda motor berkecepatan tinggi (kapasitas silinder di atas 100 cc). Sebelum tahun 2005, mudik menggunakan sepeda motor masih langka dilakukan masyarakat,” ucap Djoko.