Meskipun tingkat pengangguran di negara ini secara konsisten berada di bawah tiga persen, yang merupakan tingkat terendah di antara negara-negara maju, banyak dunia usaha yang menghadapi krisis umber daya manusia yang parah.
Terdapat hampir tiga lowongan untuk setiap pekerja yang mencari pekerjaan di bidang jasa, sementara kekurangan tenaga kerja di sektor konstruksi semakin buruk.
Terdapat rekor 260 perusahaan bangkrut pada 2023 karena mereka tidak dapat memperoleh cukup pekerja untuk mempertahankan operasi mereka, menurut laporan Teikoku Databank.
Kekhawatiran lainnya adalah tekanan terhadap sistem jaminan sosial di negara ini, dengan semakin sedikitnya pembayar pajak untuk mendukung bertambahnya jumlah lansia. Pendapatan pajak dan premi asuransi Jepang diproyeksikan turun sekitar 10 persen pada 2040.
Untuk meningkatkan angka kelahiran yang menurun di negara tersebut, Perdana Menteri Fumio Kishida berjanji untuk meningkatkan tunjangan anak ke tingkat yang setara dengan Swedia, yakni sekitar tiga persen dari produk domestik bruto (PDB). (Wahyu Dwi Anggoro)