Selain itu, dikatakan Ardhasena, ada juga kontribusi dari efek secara gradual dari perubahan iklim. Kemudian lingkungan perkotaan juga membantu mengakumulasi panas dengan banyaknya bangunan beton yang menjadi penyerapan panas.
"Sehingga faktor panas terakumulasi lebih tinggi di daerah perkotaan," lanjutnya.
Sedangkan setelah bulan Mei, mulai memasuki musim kemarau, suhu udara memang cenderung lebih panas. Namun, tidak setinggi saat ini dengan kondisi kelembapan yang ada. Kondisi musim kemarau justru cenderung lebih kering.
"Setelah bulan Mei, temperatur biasa cenderung menurun, karena kita memasuki Musim Kemarau, sedikit lebih panas namun (suhu) tidak setinggi yang sekarang, sedikit lebih rendah, dengan karakter udara yang lebih kering," pungkasnya.
(YNA)