"Sebaliknya dari sisi supply juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan kekurangan. Bahkan OPEC+ telah memangkas volume produksi bulan November 2022 sebanyak 2 juta bpd untuk menstabilkan harga minyak pada level USD80-USD90 per barel," jelas Arcandra.
Dia menerangkan, ditinjau dari sisi politik dunia, langkah OPEC+ memangkas produksi tahun lalu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Amerika Serikat (AS). Dengan berkurangnya pasokan, AS khawatir harga minyak akan tetap tinggi dan menyulitkan ekonomi AS yang sedang berjuang menurunkan inflasi.
"Namun, OPEC+ melihat kestabilan harga pada level USD80-USD90 per barel jauh lebih utama daripada pertimbangan naiknya inflasi di hampir seluruh negara maju di dunia," jelas dia.
Arcandra yang juga pakar energi itu menuturkan, kalau boleh menganalisa lebih dalam, sistem kapitalis yang mengedepankan perdafangan bebas dan ditopang oleh hukum pasokan dan permintaan telah dimanfaatkan dengan baik oleh OPEC+. Sisi pasokan ternyata dapat mengontrol harga pada tahun lalu.
Bagaimana dengan tahun 2023? Apakah sisi permintaan dapat mengontrol harga?