"Satu-satunya terminal yang belum ber-ac kan di sini (Terminal Arjosari Malang). (terminal) Bandung sudah kayak mal, (terminal) Medan masuk dingin, sudah ada longue-nya, ruang tunggunya nyaman, ada kopi ada cafe," ungkapnya.
Kurang layaknya bangunan terminal, diakui Hendro, membuat banyak penumpang memilih naik bus dari luar terminal, seperti di pool bagi penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan jalan depan terminal.
"Akibatnya masyarakat naiknya dari pool-pool bis. Kan sekarang masyarakat kita butuh kenyamanan, Itu tantangan. Salah satunya adalah ini melihat tempat terminal ini. Ke depan kita perbarui terminal ini agar bisa lebih nyaman," bebernya.
Menurut Hendro, Kemenhub memberikan sejumlah catatan terhadap bangunan Terminal Arjosari Malang. Dari catatan itu, Kemenhub bakal memberikan evaluasi dan perbaikan ke depannya, jika memang secara kajian menyeluruh dinyatakan telah selesai.
"Kita salah satu untuk mengecek kesiapan mudik juga mengecek kondisi bangunan. Bangunan ini ada masalah apa, nanti saya pelajari, dan kalau memang masalahnya sudah clear selesai, ke depan kita anggarkan untuk perbaikan di terminal," tuturnya.
Hendro menginginkan, nantinya Terminal Arjosari Malang direkonstruksi dengan mengedepankan lebih dari satu fungsi tidak hanya sebagai terminal saja, melainkan juga mampu memberikan manfaat secara ekonomi ke masyarakat sekitar.
"Konsep pembangunan terminal sekarang tidak perlu besar, kecil tapi multifungsi, fungsi terminal itu ke depan bukan hanya untuk bus, tapi mixius (campur), bawahnya terminal, mungkin di atas salah satunya buat mal, buat kegiatan masyarakat yang lain, buat cafe," ucapnya.
"Jadi terminal boleh berhenti kalau malam, tapi kehidupan terminal itu ada. Konsep itu sudah mulai kita bangun di Bandung, di Medan sudah, seperti itu kecil tapi fungsinya bukan hanya fungsi terminal, tapi ada fungsi yang lain," ujar Hendro.