Mandat uji COVID-19 yang datang dari China
Negara-negara Uni Eropa menyuarakan keprihatinan terhadap WHO atas data China tentang infeksi COVID-19 yang tidak transparan. Pertemuan para pakar Uni Eropa mengatakan pada hari Rabu (04/01) bahwa negara-negara UE "sangat didorong" untuk menuntut tes COVID-19 dari penumpang yang datang dari Cina.
Pertemuan itu diadakan untuk mengoordinasikan tanggapan bersama UE terhadap arus masuk pengunjung yang tiba-tiba, saat Beijing mencabut kebijakan nol COVID yang sebagian besar telah menutup negara itu dari perjalanan internasional.
Para ahli juga merekomendasikan agar penumpang dari dan menuju China mengenakan masker, menjalani tes acak pada saat kedatangan, dan menguji air limbah dari penerbangan Cina. Rekomendasi tersebut dikeluarkan oleh kepresidenan Swedia di Uni Eropa.
Sebelumnya, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya telah mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dalam beberapa pekan terakhir dengan mitranya di Cina.
"Kami terus meminta China untuk data rawat inap dan kematian yang lebih cepat, teratur, dan dapat diandalkan, serta pengurutan virus real time yang lebih komprehensif," kata Tedros.
Dia menegaskan kembali bahwa WHO memahami alasan beberapa negara memberlakukan pembatasan baru COVID-19 pada pengunjung dari Cina.
"Dengan merebaknya (virus) di China yang begitu tinggi dan tidak tersedianya data yang komprehensif ... dapat dipahami bahwa beberapa negara mengambil langkah yang mereka yakini akan melindungi warganya sendiri," katanya.
Amerika Serikat, yang akan mewajibkan tes COVID-19 bagi sebagian besar pelancong dari China mulai Kamis (05/01), mengapresiasi peran WHO dan mengatakan tindakan pencegahan yang diambil Washington disebabkan oleh kurangnya transparansi dari Beijing. WHO "dalam posisi terbaik untuk membuat penilaian" karena kontaknya dengan pejabat Cina, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.