IDXChannel - Ada kekhawatiran yang berkembang atas peningkatan tajam infeksi COVID-19 di China sejak pencabutan kebijakan nol COVID yang telah diberlakukan selama bertahun-tahun.
"Kami masih belum memiliki data lengkap," kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan kepada wartawan.
"Kami percaya bahwa angka saat ini yang diterbitkan China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit tersebut dalam hal penerimaan rumah sakit, ICU, dan khususnya dalam hal kematian," tambahnya dilansir melalui DW, Jumat (6/1/2023).
China hanya mengklaim 22 kasus kematian akibat COVID-19 sejak Desember 2022 dan secara dramatis mempersempit kriteria untuk mengklasifikasikan kematian semacam itu, yang artinya data statistik terkait gelombang wabah corona yang belum pernah terjadi sebelumnya sekarang secara luas dilihat tidak mencerminkan kenyataan di lapangan.
Ryan menunjukkan bahwa definisi yang digunakan Beijing hanya "gangguan pernapasan" yang terkait dengan infeksi COVID-19, yang masuk dalam kriteria kematian akibat COVID-19.
"Itu definisi yang sangat sempit," katanya.