Muhammad SAW selalu menjelaskan kelebihan dan kekurangan barang dagangannya secara jujur, tanpa melebih-lebihkan saat mendeskripsikan barang dagangannya. Beliau juga jujur dalam menimbang, mematok harga sesuai nilai barang dan tidak melakukan perang harga.
Sehingga Rasul tidak mengambil keuntungan berlebihan. Selain itu, Rasul juga tidak memonopoli komoditas, yang artinya, Muhammad SAW tidak takut pada persaingan pasar dan mau bersaing secara sehat dengan kompetitornya.
4. Personal Branding
Seperti yang diulas di atas, Muhammad SAW dipercaya pelanggannya sebagai pedagang yang jujur. Branding yang tersemat pada diri Rasul ini tidak serta dilabel begitu saja, tidak juga diklaim secara sepihak oleh Muhammad SAW sendiri.
Sifat-sifat positif yang melekat pada diri Muhammad SAW sebagai pedagang datang dari cara berdagang yang telah dilakoni selama bertahun-tahun lamanya. Karena memiliki ‘branding’ yang positif, banyak orang tertarik untuk berinvestasi kepada Rasul.
Muhammad SAW dikisahkan sering berdagang tanpa modal, ini karena beliau menjual barang dagangan milik orang dengan imbalan bagi hasil. Itulah investor yang percaya pada kejujuran Nabi Muhammad.