Kala itu Rasulullah baru saja pulang dari Perang Tabuk. Sesampainya di rumah ia melihat pintu kamar terbuka, dan terdapat boneka di dalamnya. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Aisyah 'boneka apa itu? mengapa kuda ada sayapnya?'. Selanjutnya Aisyah menjawab, 'Ini seperti kuda Nabi Sulaiman'.
Reaksi Rasulullah tersenyum, sampai gigi gerahamnya terlihat. Maka para ulama pun memperbolehkan seorang muslim memiliki boneka.
"Artinya para ulama sepakat, main boneka itu boleh yang tidak boleh adalah ketika kita mempersepsikan boneka itu dengan roh, jin, atau meyakini punya kekuatan," ujarnya.
Sementara Kiai Cholil menambahkan, apabila seseorang ingin mencurahkan kasih sayangnya, tidak perlu sampai menganggap dan memperlakukan boneka seperti manusia. Sebab masih banyak yang dapat disayangi, misalnya anak-anak yatim piatu bisa disantuni, khususnya yang memiliki harta berlebih.
"Bagi orang yang punya uang lebih, sekarang ini banyak orang yang terdampak Covid-19. Ingin mencurahkan kasih sayangnya kepada keluarga terdekat, yang belum menikah ya menikah, yang sudah menikah belum punya anak bisa menyayangi anak lain seperti anak yatim piatu," pungkas Kiai Cholil. (TYO)