sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Banyaknya Pameran Otomotif Jadi Upaya Demand tetap Terjaga

Technology editor Nia Deviyana
02/12/2025 02:00 WIB
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai banyaknya pameran otomotif tidak serta merta menunjukkan bahwa industri otomotif sedang kuat. 
Banyaknya Pameran Otomotif Jadi Upaya Jaga Permintaan. Foto: iNews Media Group.
Banyaknya Pameran Otomotif Jadi Upaya Jaga Permintaan. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai banyaknya pameran otomotif tidak serta merta menunjukkan bahwa industri otomotif sedang kuat. 

Kuat tidaknya industri otomotif nasional hanya bisa disimpulkan berdasarkan data penjualan dan produksi otomotif.

"Banyaknya pameran otomotif di berbagai tempat Indonesia juga bukan ukuran industri otomotif sedang kuat. Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand (permintaan) di tengah anjlok penjualan domestiknya dan sekaligus melindungi pekerjanya dari PHK," ujar Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief melalui keterangan tertulis, Senin (1/12/2025).

Febri menegaskan, indikator paling mendasar untuk mengukur kesehatan industri otomotif adalah penjualan kendaraan ke pasar, bukan hanya pertumbuhan segmen tertentu atau besaran investasinya. 

Hal tersebut tidak mampu menggambarkan kondisi industri otomotif Secara keseluruhan.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan mobil selama Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya sebanyak 634.844 unit.

Angka itu turun 10,6 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.

Pada kendaraan bermotor, data yang dihimpun Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Oktober 2025, penjualan wholesales kendaraan bermotor mencapai 635.844 unit atau turun 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, produksi kendaraan juga mengalami penurunan menjadi 957.293 unit dari 996.741 unit pada 2024.

Penurunan paling dalam terjadi pada segmen kendaraan yang justru menjadi tulang punggung industri otomotif nasional, yaitu segmen entry (OTR < Rp200 juta) yang anjlok hingga 40 persen, segmen low (Rp200–400 juta) yang merosot 36 persen, serta segmen kendaraan komersial yang turun 23 persen. 

Ketiga segmen ini selama ini menyasar konsumen domestik, terutama kelompok masyarakat kelas menengah, serta menjadi basis produksi terbesar di dalam negeri.

Menurut Febri, pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak pada penurunan utilisasi pabrik, penurunan investasi, serta berpotensi mengancam keberlanjutan lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen. 

"Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini

semakin dalam, dan efeknya dapat memengaruhi struktur industri secara keseluruhan," kata dia.

Oleh karena itu, Kemenperin menegaskan bahwa insentif otomotif menjadi instrumen krusial dalam upaya memulihkan pasar kendaraan bermotor sekaligus menjaga keberlangsungan industri otomotif nasional.

Febri menyatakan, kebijakan insentif tidak hanya penting bagi pelaku industri, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sebagai konsumen. 

Menurutnya, insentif akan menciptakan ruang bagi penurunan harga kendaraan, memperbaiki sentimen pasar, serta mempertahankan daya beli masyarakat, khususnya kelompok kelas menengah dan pembeli mobil pertama yang sangat sensitive terhadap perubahan harga.

"Walaupun Kemenperin belum merumuskan jenis, bentuk dan target insentif/stimulus, tapi usulannya

akan mengarah ke segmen kelas menengah-bawah dan didasarkan pada nilai Tingkat Komponen Dalam egeri (TKDN)," kata dia.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement