Faktanya, pemimpin di Indonesia 3,6x lebih mungkin mengatakan bahwa AI akan membawa manfaat di tempat kerja mereka dengan meningkatkan produktivitas, alih-alih memangkas jumlah karyawan (lebih tinggi dari pemimpin bisnis global yang ada di 1,9x).
3. Setiap karyawan memerlukan keterampilan AI.
Sebanyak 61% karyawan di Indonesia mengatakan mereka saat ini tidak memiliki kapabilitas yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Dalam era di mana AI mengubah cara kerja dengan menjadikan kreativitas sebagai produktivitas baru dalam kesehariannya, setiap karyawan--bukan hanya pakar AI--akan membutuhkan kompetensi utama baru, seperti analytical judgement, emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity, dan kemampuan memberikan prompt.
Sebanyak 90% pemimpin di Indonesia (vs 82% pemimpin global) pun telah mengantisipasi bagaimana karyawan akan membutuhkan keterampilan baru di era AI ini.
“Penting untuk digarisbawahi bahwa teknologi AI adalah copilot kita, bukan autopilot. Pilot yang memiliki kontrol dan tanggung jawab penuh atas final output serta keputusan dalam pekerjaan tetaplah manusia. Kita perlu mengecek kembali, memastikan kebenaran dan fakta, serta menyelaraskan masukan copilot berdasarkan pengetahuan dan penilaian kita. Itulah sebabnya, kita perlu mempelajari keterampilan baru untuk menggunakan AI, agar dapat memanfaatkan teknologi ini secara bertanggung jawab,” tambah Lucky.