sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Google: Indonesia Siap Jadi Ekonomi Digital Asia Tenggara Pertama 

Technology editor Dian Kusumo
07/11/2023 20:41 WIB
ndonesia siap menjadi ekonomi digital Asia Tenggara pertama yang mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sekitar USD110 miliar pada tahun 2025.
Google: Indonesia Siap Jadi Ekonomi Digital Asia Tenggara Pertama. (Foto: MNC Media)
Google: Indonesia Siap Jadi Ekonomi Digital Asia Tenggara Pertama. (Foto: MNC Media)


“Ekonomi digital Indonesia terus menawarkan peluang investasi yang menarik karena fundamentalnya yang kuat, seperti pertumbuhan populasi tenaga kerja, peningkatan pendapatan konsumen, dan ekosistem startup teknologi yang dinamis,” kata Fock Wai Hoong, Head of Southeast Asia, Temasek. “Temasek tetap optimistis terhadap masa depan ekonomi digital Asia Tenggara dan akan terus mengerahkan modal katalisator untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif sehingga semua generasi dapat mencapai kesejahteraan.”


Diperlukan perluasan partisipasi digital untuk memicu pertumbuhan lebih lanjut


Indonesia telah mencatatkan kemajuan yang signifikan dalam partisipasi digital selama beberapa tahun terakhir, termasuk dengan adopsi QRIS serta peningkatan penggunaan transfer bank dan kartu kredit, yang membuat pembayaran digital lebih mudah. Indonesia juga merupakan pasar smartphone dengan pertumbuhan terpesat di Asia Tenggara, dengan 80% penduduknya memiliki smartphone.


Lebih dari 70% dari nilai transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara berasal dari 30% pembelanja teratas. Di Indonesia, jumlah pembelanjaan dari pengguna bernilai tinggi (High-Value User, HVU) tercatat 6,8x lebih besar jika dibandingkan non-HVU, khususnya untuk hal-hal seperti perjalanan dan bahan makanan. Indonesia juga memiliki rasio pembelanjaan HVU tertinggi untuk sektor perjalanan di Asia Tenggara, yaitu 10,4x lebih tinggi dibandingkan non-HVU.


HVU memang dapat ditemukan baik di wilayah metro maupun non-metro di Indonesia. Namun, ketimpangan antara permintaan dan penawaran di wilayah non-metro terlihat bertambah besar.  Masyarakat di sana juga terancam risiko kesenjangan ekonomi akibat kurangnya partisipasi digital – keterlibatan aktif dalam ekonomi digital melalui konsumsi produk atau layanan di berbagai sektor. Wilayah non-metro menjadi rentan, karena adanya tantangan ekonomi dalam menyediakan layanan digital serta rendahnya daya beli masyarakat di sana. 

Mengatasi kesenjangan ini merupakan tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan ekonomi digital. Dengan mengatasi penghambat partisipasi digital bagi seluruh masyarakat, GMV ekonomi digital Indonesia berpotensi meningkat dua atau tiga kali lipat, menjadi $210-$360 miliar pada tahun 2030. 

(DKH)

Halaman : 1 2 3 4 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement