Presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) Hildegard Mueller mengatakan, tarif tersebut memunculkan biaya tambahan miliaran euro setiap tahun, sebuah beban berat bagi produsen mobil yang sedang bertransisi menuju elektrifikasi.
Pada 2024, Jerman mengekspor sekitar 450.000 kendaraan ke AS, sementara produsen mobil Jerman memproduksi lebih dari 840.000 kendaraan di AS.
Indikator ekonomi makro juga menandakan momentum ekspor yang melemah. Institut Ifo melaporkan, ekspektasi ekspor di Jerman memburuk pada bulan Agustus, turun menjadi minus 3,6 poin dari minus 0,3 poin pada Juli.
Sejak awal 2024, beberapa produsen mobil dan pemasok suku cadang, termasuk Ford, Stellantis, Volkswagen, ZF, dan Bosch, telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penutupan pabrik di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.
Selain itu, menyusutnya jumlah pesanan, seiring dengan meningkatnya biaya energi dan tenaga kerja, mengikis daya saing industri di kawasan tersebut. Menurut Ifo Institute, lebih dari sepertiga perusahaan di Jerman melaporkan kekurangan pesanan, dengan sektor otomotif, mesin, dan peralatan listrik terpukul paling parah. (Wahyu Dwi Anggoro)