Singkatnya, pada Maret lalu, sesaat setelah perusahaan start-up yang didukung Microsoft telah meluncurkan model AI terbarunya, GPT-4, terdapat lebih dari 1.000 peneliti serta ahli teknologi menandatangani sebuah surat yang mendesak agar pengembangan AI dihentikan sementara selama enam bulan, mengingat hal tersebut memberikan "risiko yang sangat besar bagi masyarakat dan umat manusia".
Untuk itu, melalui sumber yang sama, inilah beberapa kekhawatiran dari Hinton maupun Para ahli lainnya terkait hal tersebut.
• Kemampuan AI kemungkinan sudah lebih pintar dibanding kita
Kemampuan otak manusia dalam memecahkan persamaan, mengemudikan mobil, bahkan melacak serial Netflix merupakan hasil dari bakat alami mereka dalam mengatur dan menyimpan informasi, hingga mencari solusi untuk masalah-masalah pelik.
Hampir 86 miliar neuron yang berada di dalam tengkorak kita atau sekitar 100 triliun koneksi yang dibuat oleh neuron-neuron tersebut memungkinkan hal semacam itu terjadi.
Sebaliknya, teknologi yang mendasari ChatGPT memiliki antara 500 miliar dan satu triliun koneksi, tutur Hinton. Kendati hal tersebut nampaknya membuat kita tidak terlalu diuntungkan, Hinton juga melihat jika GPT-4, model AI terbaru dari OpenAI, telah mengetahui "ratusan kali lebih banyak" dibandingkan dengan manusia. Menurutnya, mungkin saja AI mempunyai "algoritma pembelajaran yang jauh lebih baik" dari kita, sehingga bisa lebih efisien dalam melakukan tugas-tugas kognitif.
Sejak lama, para peneliti sudah mengamati jika jaringan syaraf tiruan membutuhkan waktu yang lama untuk menyerap maupun mengaplikasikan pengetahuan baru dibanding manusia, dikarenakan membutuhkan pelatihan yang sangat banyak, baik dari segi energi hingga data.