sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Perusahaan Tekno Terus PHK Karyawan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Technology editor Maulina Ulfa - Riset
24/01/2023 12:41 WIB
PHK industri teknologi pada dasarnya adalah contoh penularan sosial, di mana perusahaan meniru apa yang dilakukan perusahaan lain.
Perusahaan Tekno Terus PHK Karyawan, Apa yang Sebenarnya Terjadi? (Foto: MNC Media)
Perusahaan Tekno Terus PHK Karyawan, Apa yang Sebenarnya Terjadi? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Industri tekno global sepertinya masih belum ‘sembuh’ dari penyakit pemutusan hubungan kerja alias PHK.

Mengutip Visual Capitalist, di Amerika Serikat (AS) saja, sekitar hampir 90 ribu karyawan perusahaan berbasis teknologi harus terkena PHK sepanjang 2022 lalu.

Baru-baru ini, perusahaan penyedia layanan streaming music, Spotify, mengirimkan memo internal kepada staf yang mengumumkan rencana PHK sebanyak 6% tenaga kerjanya.

Spotify memiliki total tenaga kerja sekitar 9.800 orang, yang berarti pengurangan tersebut berdampak pada sekitar 600 karyawan.

Menurut profil LinkedIn Spotify, perusahaan ini mempekerjakan 5.400 orang di AS dan 1.900 di Swedia.

Sementara menurut Bloomberg, tahun lalu, hampir 100 ribu orang kehilangan pekerjaan, dan tren diproyeksi akan terus berlangsung. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di Indonesia, kabar mengejutkan juga datang dari JD.id, perusahaan patungan ecommerce China JD.com dan Provident Capital yang menutup cabang logistiknya, JDL Express Indonesia, per 22 Januari 2023.

Pengumuman itu disampaikan melalui situs resmi JDL Express Indonesia. Rencana penutupan JDL Express Indonesia ini muncul setelah sebuah laporan mengatakan JD.com berencana untuk keluar dari Indonesia dan Thailand pada awal 2023.

JD.com dikabarkan sedang mencari calon investor untuk membeli bisnisnya di kedua negara tersebut setelah mencatatkan kerugian di pasar. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sektor tekno?

Penyebab PHK

Menurut data dari Challenger, meningkatkan PHK yang diumumkan industri teknologi sepanjang 2022 mencapai sebesar 649%, dengan total 97.171. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak kehancuran dot-com atau dot-com bubble lebih dari 20 tahun lalu.

Sejauh ini pada Januari, Amazon.com Inc. mengatakan akan memberhentikan 18.000 karyawan. Sementara beberapa perusahaan teknologi yang berbasis di AS termasuk Coinbase, Flexport dan Salesforce mengatakan mereka akan memangkas tenaga kerja mereka sebesar 10% atau lebih.

Mengutip Computerworld, PHK ini terjadi karena beberapa faktor di antaranya meroketnya inflasi, masalah rantai pasokan, dan gejolak geopolitik yang menahan pertumbuhan pendapatan perusahaan teknologi. Perusahaan ini disebut terpaksa mengurangi jumlah karyawan dan beberapa dengan PHK besar-besaran untuk memperkuat neraca mereka.

Sementara menurut Bloomberg, beberapa perusahaan menyalahkan sikap terlalu optimis perusahaan tekno.

Perusahaan rintisan yang didukung modal ventura ini umumnya hanya berfokus pada pertumbuhan daripada kesinambungan keuangan jangka pendek.

Hal ini dilakukan untuk menaikkan daya tawar ketika go public atau diakuisisi. Sementara harga saham di perusahaan teknologi yang diperdagangkan secara publik didasarkan pada asumsi pertumbuhan yang terus meningkat.

Sementara menurut Jeffrey Pfeffer, profesor di Stanford Graduate School of Business, terjadinya PHK dikarenakan perilaku peniru perusahaan tekno ini.

PHK industri teknologi pada dasarnya adalah contoh penularan sosial, di mana perusahaan meniru apa yang dilakukan perusahaan lain.

“Jika Anda mencari alasan mengapa perusahaan melakukan PHK, alasannya adalah semua orang melakukannya. PHK adalah hasil dari perilaku imitatif dan tidak berdasarkan bukti,” katanya mengutip website Standford.

Ia menambahkan, PHK di bidang teknologi ini merupakan indikasi pecahnya gelembung teknologi atau sebagai upaya perusahaan bersiap menghadapi resesi.

“Mungkinkah ada resesi teknologi? jawabannya adalah ya. Apakah ada gelembung teknologi? Sangat. Apakah Meta melakukan overhire? Mungkin. Tapi apakah itu sebabnya mereka memberhentikan orang? Tentu saja tidak. Meta punya banyak uang. Semua perusahaan ini menghasilkan uang. Mereka melakukannya karena perusahaan lain melakukannya,” ujar Jefferey.

Menurut Jeffrey, PHK tidak menyelesaikan apa yang sering menjadi masalah mendasar, yaitu strategi yang tidak efektif, hilangnya pangsa pasar, atau pendapatan yang terlalu sedikit. PHK pada dasarnya adalah keputusan yang buruk. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement