Ancaman secara Global
Meski begitu, penyebaran robotaxi di China memang didorong oleh pemerintahnya sebagai upaya pengembangan "kekuatan produktif baru," seperti yang diserukan oleh Presiden Xi Jinping tahun lalu.
Hal ini telah memicu persaingan secara regional, dengan Beijing mengumumkan pengujian di area terbatas pada Juni dan Guangzhou mengatakan akan membuka jalan di seluruh kota untuk uji coba kendaraan tanpa pengemudi tersebut.
Saat ini, ribuan robotaxi memenuhi jalan-jalan di China. Setidaknya 19 kota di China saat ini menjalankan uji robotaxi dan robobus, dengan tujuh kota menyetujui uji coba tanpa monitor pengemudi manusia oleh setidaknya lima pemimpin industri, termasuk Apollo Go, Pony.ai, WeRide, AutoX, dan SAIC Motor.
Apollo Go telah mengumumkan rencana untuk menyebarkan 1.000 robotaxi di Wuhan pada akhir tahun ini dan target beroperasi di 100 kota pada 2030 mendatang. Sementara Pony.ai, yang didukung oleh Toyota Motor Jepang, berencana memiliki 1.000 robotaxi pada 2026.
Hal itu berbeda dengan dengan Amerika Serikat (As) yang masih lebih hati-hati dalam mengambil keputusan terhadap robotaxi. Terlebih lagi sempat terjadi insiden adanya kecelakaan.
Untuk AS, pengembang robotaxi menghadapi pengawasan yang lebih ketat dan rintangan yang lebih tinggi, dengan Waymo milik Alphabet menjadi satu-satunya perusahaan yang mengoperasikan robotaxi tanpa awak yang menarik biaya.
Meski begitu, ancaman kehilangan pekerjaan akibat teknologi kecerdasan buatan (AI) pun semakin nyata, terutama bagi para pengemudi taksi online di seluruh dunia.
(Febrina Ratna)