Selain itu, Perry menjelaskan, Digital ID nantinya akan bisa mengembangkan pengganda uang (money multiplier), uang beredar dalam arti sempit (M1), serta uang beredar dalam arti luas (M2 dan M3) dalam segmen ekonomi.
"Lewat Digital ID nasional, maka sebenarnya kita bisa menganalisa perbedaannya. Dulu kami masih menggunakan excel ekonometrika. nah sekarang menggunakan big data, analisis data, dan ilmuwan data," ungkap Perry.
Dengan demikian, lanjutnya, kebijakan moneter nasional yang diambil akan lebih efektif, begitu pula dengan kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran di bank sentral. Namun demikian, meski lebih efektif, tetap ada risiko stabilitas moneter, stabilitas keuangan dan risiko sistemik operasional yang pada dasarnya merupakan risiko utama di dunia siber.
"Risiko operasional akan menjadi risiko baru yang harusnya lebih besar dari risiko stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Ini yang akan kita jawab dengan keberadaan Digital ID," tegas Perry. (TSA)