sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BI Diminta Ikuti Jejak The Fed, Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin

Banking editor Viola Triamanda/MPI
16/12/2022 16:37 WIB
BI diminta menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Jika tidak, nilai tukar rupiah menjadi taruhannya.
BI Diminta Ikuti Jejak The Fed, Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin. (Foto: MNC Media).
BI Diminta Ikuti Jejak The Fed, Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bank Sentral AS atau The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 0,5 persen pada Rabu (14/12/2022) waktu setempat. Kenaikan ini menjadi kenaikan yang terbesar dalam 15 tahun terakhir. 

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, Bank Indonesia (BI) harus segera mengambil langkah seiring dengan kebijakan The Fed. 

Menurutnya, BI harus segera menaikkan suku bunga untuk mengimbangi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat. 

"Mau tidak mau BI harus menaikkan 50 basis poin lagi, karena kalau tidak, taruhannya adalah dari nilai tukar rupiah," jelasnya kepada MPI, Jumat (16/12/2022).

Selain itu, kata Bhima, surplus perdagangan berisiko turun pada 2023 karena harga-harga komoditas sudah mulai mengalami penurunan. Sehingga ancaman resesi pun juga harus dipertimbangkan. 

Dia memperkirakan, untuk tahun depan, BI masih memiliki 3-4 kali ruang untuk menaikkan suku bunga.

"Tentu ini berdasarkan kondisi inflasi di Amerika Serikat karena sepertinya The Fed masih akan tetap agresif menurunkan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga," jelasnya. 

Bhima melanjutkan, jika Bank Indonesia tidak segera mengantisipasi kebijakan The Fed, dikhawatirkan akan terjadi capital outflow karena menyempitnya spread antara imbal hasil US treasury dengan SBN atau surat berharga negara.

Namun sambung Bhima, BI tidak hanya bisa mengandalkan suku bunga untuk mengimbangi tekanan the fed. Melainkan juga harus terus mendorong devisa hasil ekspor agar segera dikonversi dan menetap di perbankan domestik untuk menambah likuiditas valas. 

Selain itu, BI juga diharapkan dapat mencegah atau mengantisipasi dampak naiknya suku bunga secara agresif terhadap permintaan di sektor properti kendaraan bermotor termasuk kendaraan listrik. 

"Karena jika minat masyarakat menurun, taruhannya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Diakui Bhima, BI tidak bisa bekerja sendiri, namun harus  berkolaborasi dengan pemerintah dalam hal mendorong fiskal agar terjadi relaksasi dan memicu kenaikan pada sisi permintaan.  

"Pengendalian inflasi pun harus dilakukan oleh pemerintah terutama memastikan cadangan beras aman, subsidi pupuk alokasinya lebih besar, sehingga tidak ada gejolak inflasi berlebihan dari sisi pangan di akhir tahun," tutupnya. 

(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement