sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Intip Risalah Terbaru The Fed, Masih Bakal Agresif Kerek Suku Bunga?

Banking editor Maulina Ulfa - Riset
23/02/2023 15:29 WIB
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menyampaikan risalah hasil rapat terakhir pada Kamis dini hari waktu Indonesia (23/2/2023).
Intip Risalah Terbaru The Fed, Masih Bakal Agresif Kerek Suku Bunga? (Foto: MNC Media)
Intip Risalah Terbaru The Fed, Masih Bakal Agresif Kerek Suku Bunga? (Foto: MNC Media)

Kenaikan 25 bps juga masih menimbulkan perdebatan di kalangan peserta rapat. Disebutkan beberapa anggota menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin.

Dalam pertemuan The Fed Minutes, presiden regional James Bullard dari St. Louis dan Loretta Mester dari Cleveland mengatakan bahwa mereka termasuk di antara kelompok yang menginginkan langkah yang lebih agresif.

“Para peserta yang mendukung kenaikan 50 basis poin mencatat bahwa kenaikan yang lebih besar akan lebih cepat membawa inflasi kembali ke target, dengan mempertimbangkan pandangan mereka tentang risiko untuk mencapai stabilitas harga secara tepat waktu,” imbuh risalah tersebut.

Wait and See, The Fed Masih Kemungkinan Hawkish

Sejak pertemuan tersebut, para pejabat The Fed telah menekankan perlunya tetap waspada meski mengungkapkan optimisme bahwa data inflasi terakhir cukup menggembirakan.

Sebelumnya, inflasi AS dilaporkan sedikit melambat menjadi 6,4% pada Januari 2023 dari sebelumnya 6,5% pada Desember.

Namun, angka inflasi ini meleset dari perkiraan pasar sebesar 6,2%. Meski demikian, ini merupakan angka inflasi terendah sejak Oktober 2021. 

Angka inflasi terbaru menjadi bukti bahwa pasar pekerjaan AS masih cukup kuat. Pada Januari, AS menambahkan lebih dari 500 ribu pekerjaan baru, kira-kira tiga kali lipat jumlah yang diperkirakan para ekonom.

Kekuatan pasar tenaga kerja ini telah membuat khawatir beberapa pejabat The Fed. Mereka khawatir pasar tenaga kerja yang ketat akan menyebabkan kenaikan upah dan akan memicu tekanan inflasi.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu sempat mengatakan lonjakan inflasi yang paling parah di alami AS dalam beberapa dekade telah mereda.

Namun, awal bulan ini ia mengindikasikan bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga karena berjuang untuk mengembalikan kenaikan harga ke tingkat target The Fed 2%.

Kondisi inflasi AS yang di bawah ekspektasi para ekonom ini juga masih dipandang problematik.

"Itu bisa saja lebih buruk. Terjadi penurunan harga mobil bekas dan tiket pesawat. Namun, selama biaya perumahan naik secepat sebelumnya, akan sulit untuk menurunkan inflasi berdasarkan target The Fed." kata Stephen Stanley, kepala ekonom AS di Santander US Capital Markets LLC, dikutip Bloomberg, Selasa (14/2).

Mengutip Bloomberg, jalan menuju harga yang stabil kemungkinan besar akan panjang dan bergelombang.

Ketika dikombinasikan dengan ledakan serapan pekerjaan pada Januari dan tanda-tanda ketahanan konsumen yang bertahan lama, kondisi ini akan meningkatkan daya tahan ekonomi dan tekanan harga, meskipun kebijakan The Fed sudah agresif. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement