Sama halnya yang juga dialami oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), di mana dari total DPK sebesar Rp7,07 triliun, porsi CASA-nya masih sebatas 25,03 persen.
Terkait tren minimnya porsi CASA yang didapat, dikonfirmasi oleh Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama BBYB, Aditya Windarwo, yang mengakui bahwa pada awalnya nasabah berminat menggunakan aplikasi Neobank lantaran tertarik oleh bunga deposito yang cukup kompetitif.
"Ini yang membuat porsi dana mahal jadi cukup besar di kami. Tapi seiring waktu, nasabah makin sadar fitur dan layanan yang kami punya semakin lengkap, sehingga sangat membantu dalam bertransaksi sehari-hari," ujar Aditya.
Hal serupa juga dikonfirmasi oleh AGRO, yang notabene merupakan bagian dari entitas bisnis di bawah naungan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Dalam mengembangkan bisnisnya, AGRO mengandalkan ekosistem BRI Group, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sembari mengandalkan inovasi produk, seperti fitur Saku Jaga Optimal di aplikasi Raya.