Persaingan sengit dalam memperebutkan dana murah juga diamini oleh Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan.
Menurut Trioksa, di tengah tren likuiditas yang mengetat di industri perbankan nasional, mendorong lembaga perbankan untuk berjibaku memperebutkan DPK yang ada di masyarakat.
Imbasnya, jurus sakti yang kerap dipilih adalah dengan bertarung dalam hal bunga deposito, sehingga mau tak mau mendongkrak biaya dana berupa beban bunga yang semakin meninggi.
"Ini memang jadi pilihan sulit, karena kalau bicara soal CASA, butuh waktu yang tidak sedikit untuk membangun kepercayaan di masyarakat. Jadi mau tak mau, untuk berebut DPK, maka dana mahal adalah jawabannya," ujar Trioksa, dalam kesempatan terpisah.
Karenanya, untuk memutus rantai permasalahan tersebut Trioksa mendorong bank-bank digital untuk lebih cerdik dalam berinovasi untuk dapat merangkul nasabah ritel, sehingga masyarakat tertarik untuk menempatkan dananya.