Selepas para penjual berangkat berjualan, Wasis akan segera bergegas ke sekolahan untuk membantu menutup lapak, dan mengantar Sang Istri pulang ke kontrakan untuk beristirahat.
Saat itu, selang beberapa bulan berjalan, omzet penjualan diklaim Wasis sedikit ada peningkatan. Hal tersebut membuat Si bos senang, dan menawari Wasis untuk mengelola keuangan secara keseluruhan.
"Jadi bukan cuma mencatat dagangan, tapi mengatur mulai dari belanja bahan, masak, sampai jualannya gimana. Termasuk pengadaan motor bekas untuk nambah (jumlah) yang dagang, juga di saya," papar Wasis.
Dengan tugas yang semakin besar dan menyeluruh, praktis waktu yang dihabiskan Wasis di pool siomay menjadi semakin banyak. Di lain pihak, Wasis juga tak tega untuk membiarkan istrinya berpanas-panas sendirian berjualan mainan di depan sekolah.
Bagi Wasis, mimpi utama yang membawanya hingga sampai hijrah ke Ibu Kota, adalah ingin bisa hidup enak dan layak, tanpa harus bermandi peluh dengan bekerja yang mengandalkan kekuatan fisik semata.