sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

OJK soal Deflasi Beruntun: Perbankan Selalu Mewaspadai Adanya Faktor Lain

Banking editor Anggie Ariesta
15/09/2024 10:45 WIB
OJK menilai inflasi berada pada tren menurun secara year-on-year. Bahkan, jika dilihat secara month-to-month, telah terjadi deflasi selama empat bulan terakhir.
OJK soal Deflasi Beruntun: Perbankan Selalu Mewaspadai Adanya Faktor Lain. (Foto MNC Media)
OJK soal Deflasi Beruntun: Perbankan Selalu Mewaspadai Adanya Faktor Lain. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai inflasi berada pada tren menurun secara year-on-year. Bahkan, jika dilihat secara month-to-month, telah terjadi deflasi selama empat bulan terakhir (sejak Mei 2024).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, meskipun terjadi deflasi, namun inflasi inti masih tetap meningkat. Menurut BPS, deflasi tersebut didorong dari sisi penawaran, khususnya akibat penurunan harga pada makanan, minuman dan tembakau.

"Perbankan juga selalu mewaspadai adanya faktor lain yang mengakibatkan terjadinya deflasi.  Tentu kita berharap bahwa dampak dari deflasi tidak akan terlalu signifikan terhadap aktivitas ekonomi dan kinerja perusahaan," kata Dian dalam jawaban tertulis RDKB OJK dikutip pada Minggu (15/9/2024).

Di lain sisi, saat ini kredit perbankan masih tumbuh tinggi mencapai 12,4 persen (yoy), dengan tingkat profitabilitas yang terjaga dan level permodalan yang kuat.

"Ke depannya seiring dengan penurunan suku bunga global, kita berharap aktivitas ekonomi global juga dapat meningkat dan berdampak pada pergerakan roda perekonomian yang lebih baik," ujar Dian.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan walau Indonesia tengah mengalami deflasi dalam empat bulan beruntun, inflasi intinya terpantau naik. Menurutnya, ini bisa menjadi bukti bahwa permintaan tetap meningkat.

Mahendra merinci sejumlah data di sektor jasa keuangan per Juli 2024. Misalnya, kredit perbankan secara menyeluruh yang tumbuh 12,4 persen.

Ada juga piutang pembiayaan yang naik 10,53 persen serta outstanding pembiayaan tumbuh 23,97 persen. Ia menegaskan data-data tersebut menunjukkan pertumbuhan dan kinerja jasa keuangan tetap terjaga baik.

"Tentu kita berharap hal itu (deflasi dan menurunnya kelas menengah) tidak akan terjadi dampak signifikan. Kita malah berharap kinerja dan pertumbuhan sektor jasa keuangan maupun perekonomian secara umum dapat tetap terjaga baik," kata Mahendra.

"Di lain sisi, pemerintah dalam hal ini kami di OJK terus melakukan berbagai langkah untuk terus mengantisipasi kemungkinan dampak-dampak yang kurang baik," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia terus mengalami deflasi empat bulan beruntun di 2024. Bencana ini dimulai pada Mei 2024 sebesar 0,03 persen secara bulanan (month to month/mtm).

Deflasi semakin dalam di Juni 2024 sebesar 0,08 persen dan tak lebih baik pada Juli 2024 yang menembus 0,18 persen. BPS mencatat deflasi baru mereda pada Agustus 2024, yakni kembali ke level 0,03 persen secara bulanan.

Pada saat yang bersamaan, kelas menengah turun tajam sebanyak 9,48 juta orang sejak 2019. BPS mencatat kelompok ini tersisa 47,85 juta orang atau 17,13 persen pada 2024.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement