Hingga kuartal III-2021,perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, naik 37,01 persen secara year on year (YoY). “Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133 persen yoy," ujar Hery.
Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95 persen transaksi. Sedangkan sisanya sebanyak 5 persen masih menggunakan layanan di teller.
Hery juga memaparkan selain terdorong transaksi digital, perolehan laba bersih ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun.
Terkait DPK, menurut Hery pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Di mana, tabungan wadiah tumbuh signifikan sebesar 16,22 persen yoy atau mencapai Rp30,35 triliun pada September 2021.
BSI juga terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93 persen atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40 persen.
Hery pun menekankan, dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp251,05 triliun atau naik sekitar 10,15 persen dari Rp227,92 triliun.
Dengan pembentukan ini, BRIS diharapkan tidak hanya melayani transaksi pada tingkat korporasi besar saja. Penggabungan ini, diharapkan dapat melayani transaksi baik domestik maupun global, dari skala kecil seperti UMKM sampai skala besar di tingkat korporasi baik di dalam maupun luar negeri.
(SANDY)