“Saat ini bank baru memulai proses digitalisasi, kalau bank baru mulai sekarang maka dikatakan itu sudah terlambat bahkan bank yang tidak mau move on, Saya kira nanti cepat atau lambat akan ditinggalkan oleh para nasabahnya. Tapi kalau bagi saya tidak ada kata terlambat yang penting kita siap untuk menghadapi tantangan ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut Heru menyampaikan disrupsi teknologi mampu memunculkan pemain baru di ekosistem keuangan seperti fintech dan sebagainya yang juga dapat memberikan layanan sebagaimana yang ditawarkan oleh bank tanpa kehadiran secara fisik.
Dengan demikian, Cetak Biru ini perlu dicermati bersama. Sehingga semua pihak bisa terus mendukung transformasi perbankan di era digital ini.
Disisi lain kata Heru, banyak pakar yang menyatakan bahwa digitalisasi sektor keuangan sangat penting karena kita melihat semakin disadari bahwa transformasi itu adalah awal dari suatu masa depan dan menjadi suatu keniscayaan.
“Memang CEO, banker perlu mencermati beberapa perkembangan yang tadi sudah saya sampaikan. Ke depan digitalisasi menjadi hal yang tidak bisa dielakkan, karena kita melihat survei Mckinsey menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara tercepat yang melakukan adopsi digital. Bahkan lebih cepat dibandingkan kalau kita lihat Brazil dan China,” pungkasnya.