Bank BTPN menyesuaikan kebutuhan dana pihak ketiga dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas. Total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 2 persen yoy menjadi Rp103,23 triliun pada akhir September 2021, dari Rp100,80 triliun.
Penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar 7 persen yoy menjadi Rp137,66 triliun pada akhir kuartal-III 2021, dari Rp148,81 triliun, sebagai dampak dari permintaan kredit yang masih belum kembali ke tingkat permintaan sebelum pandemi. Penurunan penyaluran kredit juga mengakibatkan penurunan aset sebesar 2 persen yoy menjadi Rp183,02 triliun, dari Rp186,90 triliun.
“Terlepas dari penurunan kredit secara tahun ke tahun, penyaluran kredit sampai dengan akhir kuartal III-2021 menunjukkan peningkatan dibandingkan angka pada akhir triwulan sebelumnya. Jumlah kredit yang diberikan naik sebesar 1,5 persen kuartal ke kuartal, dan ini merupakan tanda yang baik, yaitu terjadi peningkatan aktivitas masyarakat,” ucap Ongki.
Bank BTPN terus menjaga kualitas kredit nasabah agar tetap berada di level yang sehat. Hal ini tercermin di rasio gross NPL yang berada di level 1,56 persen pada akhir September 2021, lebih rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,35 persen pada akhir Agustus 2021.
Selain dana pihak ketiga, Bank BTPN memiliki sumber pendanaan yang terdiversifikasi termasuk fasilitas pinjaman dari SMBC. Rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 224,7 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 114,7 persen pada posisi 30 September 2021. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) berada di tingkat yang kuat di 25,6 persen. (TYO)