IDXChannel - "Look deep into nature, and then you will understand everything better."
Pesan itu disampaikan oleh seorang fisikawan asal Jerman yang kemudian mengguncang dunia dengan teori relativitasnya, Albert Einstein.
Sebuah pesan tentang sedemikian besar, luas dan dalamnya kandungan ilmu pengetahuan yang tersimpan pada alam, yang sayangnya belum banyak disadari oleh manusia.
Dengan pendekatan pemikiran yang lebih cenderung industrial dan kapitalistik, kehidupan masyarakat kemudian dirasa makin jauh dan berjarak dengan keseimbangan alam.
Dan ketika keseimbangan itu terganggu, manusia kemudian seolah baru tersadar bahwa segala hal yang ada di alam merupakan jawaban atas seluruh permasalahan tersebut.
Seperti halnya yang terjadi saat pandemi COVID-19 melanda dalam dua hingga tahun terakhir. Secara tiba-tiba saja, masyarakat seolah kembali diingatkan pentingnya menjaga kesehatan, dengan salah satunya menjalani hidup selaras dengan alam.
Pesan tersebut menjadi salah satu dari sekian banyak yang kami dapatkan saat berbincang dengan Direktur Keuangan PT Mustika Ratu Tbk (MRAT), Jodi Andrea Suryokusumo, dalam sebuah kesempatan, di bilangan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Berikut ini sebagian hal penting yang kami bahas dalam perbincangan tersebut.
Q: Sebelumnya terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan. Mungkin kita bisa awali perbincangan dengan membahas perjalanan MRAT di tahun lalu. Apa saja yang menjadi poin-poin penting dalam capaian perusahaan di 2022 lalu?
A: Secara keseluruhan bisa kami bilang bahwa kinerja di 2022 cukup menggembirakan. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan nilai dan angka, karena kami masih dalam proses audit keuangan, tentu saja secara regulasi belum bisa kami sampaikan.
Tapi dari sana setidaknya ada sejumlah catatan yang membuat kami ke depan semakin optimistis terkait potensi yang ada di market. Salah satunya, bahwa di tahun lalu kami berhasil menggelar corporate action lagi, setelah lebih dari delapan tahun terakhir bisa dibilang perusahaan kami 'adem-ayem' saja.
Karena itu, ini mungkin juga menjadi corporate action yang cukup ditunggu oleh investor dan pelaku pasar, di mana kami sukses melakukan divestasi aset, yang tentu dampaknya terhadap perusahaan sangat besar.
Yang utama tentu penguatan modal perusahaan, sehingga ke depan kami lebih leluasa bergerak, melakukan ekspansi, untuk menjawab peluang yang ada. Selain itu, tentu dengan divestasi aset, kami jadi lebih efisien dan sehat secara neraca keuangan.
Q: Kalau untuk kondisi pasar sendiri di tahun lalu?
A: (Kondisi) Pasar sangat bagus. Justru bisa dibilang, kami cukup diuntungkan dengan adanya pandemi COVID-19 lalu. Saat banyak perusahaan mengeluh, kami justru merasakan ada peningkatan permintaan yang cukup signifikan, terutama dari pasar ekspor. Jadi ada semacam 'berkah tersembunyi' dari adanya pandemi.
Q: Maksudnya permintaan ekspor MRAT di sepanjang pandemi kemarin melonjak? Jadi bisa dibilang tidak ada dampak buruk yang dirasakan sepanjang pandemi?
A: Iya, betul. Dan tidak hanya saat pandemi saja, tapi juga bertahan sampai sekarang. Kenapa? Karena dengan adanya pandemi, masyarakat seolah kembali diingatkan untuk jadi back to nature, untuk sebisa mungkin hidup lebih sehat, lebih menjaga kesehatan dan semacamnya. Jadi awareness masyarakat terhadap isu kesehatan jauh meningkat.
Produk-produk kesehatan dan juga kecantikan yang natural based, yang selama ini memang sudah menjadi signature kami, kini justru makin banyak dicari. Terlebih kan Indonesia sejak dulu sudah dikenal kaya akan rempah-rempah dan produk olahan berbahan dasar alam, sehingga permintaan dari luar (negeri) banyak berdatangan.
Dulu mungkin publik dunia lebih mengenal produk natural, produk herbal, itu mayoritas dari China. Tapi kan dengan adanya pandemi, produksi di China sendiri kan cukup bermasalah. Ada banyak pembatasan. Belum lagi shippingnya juga susah, sehingga Indonesia secara bertahap juga mulai dilirik. Ini yang membuat sejak pandemi hingga saat ini, permintaan dari pasar ekspor terus meningkat.
Q: Seberapa besar peningkatannya? Dan akan dimaintain hingga sejauh mana?
A: Seperti yang Saya bilang tadi, untuk ukuran terkait angka, kami belum bisa sampaikan. Tapi untuk melihat progress yang ada, kita bisa melihat melalui beberapa hal.
Pertama dari segi penetrasi pasar. Saat ini kami sudah bisa diterima di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Dibanding sebelumnya (pra-pandemi), dulu mungkin belum seberapa belum terlalu banyak dan juga kontribusinya (terhadap total penjualan) belum terlalu signifikan. Kalau untuk sekarang, sudah sekitar 4,5 persen.
Terbaru, kami juga sudah mulai diterima untuk masuk ke Jepang. Padahal kalau Anda coba lihat, masuk ke sana itu tidak mudah. Mereka ketat banget. Semacam lembaga BPOM(Badan Pengawas Obat dan Makanan)nya di sana, itu sangat selektif dan standarnya tinggi.
Dengan kami sudah bisa comply di sana, maka itu bisa menunjukkan bahwa produk kami benar-benar berkualitas. Benar-benar teruji. Sehingga ke depan, dengan produk yang berkualitas ini, tentu akan semakin mudah lagi bagi kami bisa untuk masuk ke pasar negara-negara lain.
Q: Sejauh ini paling banyak penjualan ekspor dikontribusi oleh negara mana saja?
A: Dari 30 lebih negara itu Saya rasa cukup berimbang ya, karena kan belum lama juga kami mulai penetrasi ke sana. Baru dimulai saat pandemi kemarin. Cuma untuk permintaan yang cukup kuat selama ini datang dari Malaysia, Saudi Arabia, Kanada, lalu juga negara-negara dari Asia Utara.
Q: Bila dikaitkan dengan potensi di 2023, bagaimana gambaran kinerja ekspor ini? Apakah tren peningkatan juga masih terus terjadi?
A: Karena kinerja tahun ini baru berjalan sebulan, tentu kami belum bisa bicara banyak ya. Tapi kalau kita bicara tren, Saya melihat belum ada tanda-tanda adanya sesuatu yang kurang baik. Justru, tren (peningkatan) sejak pandemi lalu menurut kami masih akan terus berjalan.
Terlebih kalau kita kaitkan dengan kondisi di mana pembatasan masyarakat sudah tidak ada lagi. Orang sudah bebas bepergian ke mana saja. Sudah mulai masuk kantor lagi. Tentu, dengan sudah mulai banyak bepergian, banyak berkegiatan, orang pasti tetap ingin look good. Look beautiful.
Itu Saya rasa kebutuhan dasar manusia ya. Jadi meski pun banyak orang bilang ada potensi resesi dan lain sebagainya, kami masih optimistis kondisi pasar masih akan sangat kondusif dan mendukung target peningkatan yang sudah kami rencanakan.
Q: Bagaimana dengan sentimen di dalam negeri terkait dengan adanya tahun politik, seberapa besar akan membawa pengaruh terhadap kinerja MRAT ke depan?
A: Pengaruhnya Saya rasa cukup besar, namun patut dicatat bahwa pengaruhnya adalah positif. Artinya, dengan semakin banyak kegiatan mengumpulkan orang, mengumpulkan masyarakat, kegiatan kampanye, misalnya, seperti yang Saya bilang tadi, akan berimbas pada permintaan produk kosmetik.
Terlebih Saya meyakini setiap aktivitas politik yang bakal dilakukan, seperti kampanye, temu pendukung, konsolidasi partai dan sebagainya, sepertinya kok akan dilakukan secara offline.
Saya tidak membayangkan kampanye parpol gitu, dilakukan secara zoom atau virtual. Pun, kalau pun dilakukan secara virtual, kebutuhan orang untuk tampil cantik, tampil secara baik dan pantas, itu akan tetap ada, dan malah semakin banyak. Kan nggak mungkin karena lewat zoom, hadir secara virtual dari rumah, lalu penampilannya pas-pasan, apa adanya gitu. Kan nggak. Jadi secara demand justru kami yakini akan semakin membaik.
Q: Lalu terkait target, dengan asumsi atau proyeksi yang demikian optimistis dari Anda tadi, target-target apa saja yang bakal dikejar oleh MRAT di tahun ini? Misalnya dikaitkan dengan kinerja ekspor tadi, seberapa besar target kontribusinya terhadap kinerja penjualan secara keseluruhan?
A: Prinsip kami, selama ada permintaan dan memungkinkan untuk kami penuhi, tentu akan kami usahakan semaksimal mungkin untuk dapat memenuhinya. Bahkan misalkan sampai 100 persen (ekspor), why not?
Kami sih oke-oke saja, karena kan itu artinya produk kami sudah berhasil diterima di pasar global. Tinggal kemudian PR(pekerjaan rumah)nya adalah bagaimana kembali memperkuat kinerja (penjualan) di domestik, agar juga jangan sampai kalah. Harus bisa mengimbangi juga.
Tapi ketika kita bicara soal besarnya demand di pasar, tentu kita bicara juga soal kapasitas produksi. Seberapa banyak produk yang mampu kita hasilkan. Seberapa tebal porsi marjin dan biaya produksinya.
Dari sana lalu kita bicara juga soal efisiensi. Apakah dengan memproduksi lebih besar, lalu biaya produksi kita bisa lebih efisien? Logikanya, dengan memproduksi lebih banyak, secara biaya harus lebih efisien. Nah apakah itu mampu kita wujudkan?
Lalu ketika biaya sudah lebih efisien, apakah kualitasnya tetap terjaga? Karena kami tentu tidak mau main-main soal kualitas. Sehingga mau produksi berapa pun, mau produksi sedikit atau banyak, apakah itu produk untuk (pasar) ekspor maupun domestik, kualitas produk harus tetap sama. Harus tetap terjaga.
Ini semua yang jadi tantangan yang harus juga kami pikirkan masak-masak ketika demand di ekspor semakin meningkat. Jadi nggak asal-asalan juga, mentang-mentang demand lagi tinggi terus kami aji mumpung genjot penjualan. Perlu banyak pertimbangan juga. (TSA)