OPINI
Teguh Anantawikrama*
IDXChannel - Ekonomi Indonesia dibangun di atas semangat kewirausahaan. Dari pedagang pasar tradisional hingga startup digital, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung ekonomi nasional—menyumbang lebih dari 60 persen produk domestik bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 97 persen tenaga kerja.
Namun, untuk benar-benar mengangkat potensi UMKM, kita harus mengambil langkah strategis; memberdayakan UMKM untuk memiliki rantai pasok mereka sendiri, dan mendukungnya dengan teknologi digital.
Dari Pelaku Pinggiran Menjadi Pemilik Nilai Tambah
Selama ini, banyak UMKM Indonesia hanya menjadi pelengkap dalam rantai pasok besar, -menyediakan bahan baku atau tenaga kerja-, sementara nilai tambah utamanya dinikmati pihak lain, seringkali dari luar negeri. Pola ini harus kita ubah.
Bayangkan, produsen batik di Pekalongan, Jawa Tengah, yang tak hanya membatik, tapi juga memiliki proses pewarnaan, logistik, hingga membangun merek digital yang menjangkau pasar global. Atau, koperasi kakao di Sulawesi yang bukan hanya panen biji, tapi juga memrosesnya menjadi cokelat premium dan menjual langsung ke Jepang atau Timur Tengah.
Inilah bentuk kemandirian ekonomi berbasis UMKM yang meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja lokal, dan menjaga nilai ekonomi tetap di daerah.